Loading...

MISTERI KEGAGALAN MENGHIPNOTIS

MISTERI KEGAGALAN MENGHIPNOTIS


Oleh: Yusdi Lastutiyanto.,CRT.,CHt (IACT-USA)., CI



Sebelum melanjutkan membaca tulisan ini saya ingin menyampaikan satu sikap mental yang di usung oleh Neuro Linguistic Programming adalah, tidak ada kata gagal, apa yang kita anggap kegagalan hanyalah umpan balik atau informasi kepada kita, bahwa apa yang kita lakukan belum sesuai dengan apa yang kita harapkan terjadi, jadi sikap curiosity perlu tetap dipertahankan, dan menjadikan umpan balik sebagai media untuk mencari strategi yang lebih sesuai. 


Sepanjang perjalanan mempraktikkan hipnosis selalu ada subjek yang akhirnya enggan untuk di hipnosis, tapi ini bukan salah sang juru hipnosis atau subjek sendiri, yang ada hanyalah belum terjadinya keterhubungan antara subjek dan juru hipnotis. 


Misteri penolakan hipnosis jika mau dilihat dari kacamata mekanisme ego tentu terkait rasionalisasi dan intelektualisasi, seseorang yang belum yakin, cemas atau takut dihipnotis cenderung bertahan untuk tidak mau menerima sugesti. 


Pekerjaan pertama seorang juru hipnotis ketika mau menghipnosis seseorang adalah meyakinkan subjek bahwa hipnosis bukan seperti apa yang subjek pikirkan, misalnya dijadikan robot, di kontrol pikirannya atau menceritakan semua aib tentang dirinya, seorang juru hipnotis perlu menyampaikan kepada subjek bahwa seseorang yang di hipnosis masih punya kendali atas pikirannya, oleh karena itu perlu pendekatan persuasi agar dalam proses hipnosis itu sendiri. 


Sebagai pembelajar Indonesian Hypnosis Centre tentu perlu mencari cara untuk memecahkan solusi saat berhadapan dengan subjek yang tidak mau di hipnosis. Sebab hampir semua orang bisa dihipnosis tinggal dicari tahu pintu gerbangnya. 


Menurut pengamatan saya ada beberapa hal penting ketika juru hipnotis mau melakukan hipnosis, berikut beberapa diantaranya:


1. Skenario

Juru hipnosis perlu berlatih membuat skema bagaimana dirinya menghipnotis, apa routine yang mudah dilakukan, mulai dari proses awal komunikasi, uji sugesti, induksi sampai penanaman sugesti. 


2. Framing

Bagaimana juru hipnosis membingkai cara berpikir subjek juga penting, kapabilitas linguistik seorang juru hipnotis perlu dilatih, sebab _framing_ adalah cara untuk memetakan bingkai berpikir subjek. 


3. Kenali Karakter Subjek

Memahami bentuk penolakan bisa dipelajari dari bahasa verbal dan non-verbal subjek, gunakan prinsip Authority dan Permisive ketika persuasi kepada subjek, jika subjek secara hierarki atau usia di atas kita maka gunakan pola kata permisif, dan jika secara sosial dan usia dibawah kita maka gunakan pola kalimat perintah. 


4. Rapport

Tidak bisa dipungkiri keterhubungan dengan subjek penting, subjek perlu di buat nyaman dulu agar tidak merasa terancam, sebab jika mereka merasa terancam, tentu mekanisme pertahanan diri akan muncul. 


5. Kapasitas Bahasa

Hipnotis adalah seni berkomunikasi untuk memberikan sugesti pada orang lain, dan tentunya banyak pola bahasa bermain saat berkomunikasi, entah untuk mengakrabkan diri sampai mengarahkan, jadi juru hipnotis juga perlu membaca untuk meningkatkan kompetensi diri. 


6. Goals

Saya menempatkan tujuan dari menghipnotis di akhir, sebab hal inilah yang sering terlupakan ketika mau menghipnotis, apapun bentuk dari pola hipnotik yang mau kita lakukan perlu ada tujuan, entah buat sang hipnotis ataupun subjek, keduanya perlu paham arah tujuan dari hipnotis itu sendiri, apakah untuk hiburan atau terapi. 


Dari ke-enam materi ini saya yakin pembelajar IHC punya pengalaman sendiri, silakan ditambahkan atau mau berbagi pengalaman di grup ini sebagai bahan diskusi. 


Semoga bermanfaat dan Terima kasih


Jakarta, 5 Februari 2023

Kategori: Hipnosis