Loading...

MENGUPAS LAPISAN BAWANG DENGAN PISAU HYPNOSIS

MENGUPAS LAPISAN BAWANG DENGAN PISAU HYPNOSIS


Oleh: Yusdi Lastutiyanto.,CRT.,CHt (IACT-USA).,CI



Sebagai praktisi hipnotherapy terkadang kita kesulitan ketika berhadapan dengan klien yang belum mau jujur menceritakan permasalahan atau situasi sebenarnya yang sedang dihadapi.


Dalam proses terapi ketika bertemu dengan klien yang belum mau menceritakan asal muasal sebuah sebab adalah hal yang wajar, karena kemungkinan besar klien masih ragu menceritakan hal tersebut, bisa jadi karena hal tersebut dianggap aib, memalukan, atau rahasia karena berkaitan dengan masa lalu, dan ini adalah hal yang manusiawi.


Di sisi lain adakalanya juga klien yang tidak mau bercerita apa adanya kepada terapis, kemungkinan besar mereka masih ragu pada terapis, khawatir terapis akan membongkar hal yang dianggapnya private, dan dalam hal ini terapis hanya perlu menyesuaikan dengan kebutuhan klien untuk terapi.


Ada beberapa catatan mengapa klien belum mau terbuka sepenuhnya dari kepada hipnoterapis, yang pertama biasanya terapis tidak optimal di masa pre-talk, terapis tergesa-gesa menyimpulkan kondisi klien, terapis berasumsi, me-label klien atau bahkan bisa jadi terapis seakan-akan mendiagnosis klien, dengan berkata seperti, "Hal yang terjadi pada Anda pasti karena konflik internal ya?", nah pertanyaan ini membuat klien mengarahkan diri pada kehendak kita, istilahnya me-leading, dan tentu klien akan meng-iyakan hal tersebut, padahal bisa jadi bukan itu yang dibutuhkan.


Saat kita berasumsi tentang kondisi klien tentu akan ada subjektifitas, oleh karena kita cenderung menjustifikasi keadaan klien, dan tentu intervensi terapi akan sesuai dengan yang terapis inginkan bukan klien harapakan, dan jika di awal kita sudah melakukan labelling kepada klien tentu cerita yang disampaikan hanya dipermukaan saja.


Lalu bagaimana membuat klien mau terbuka dengan ceritanya?


Yang pertama tentu keterampilan menyimak seorang terapis perlu dipertajam, lebih fleksibel dan biarkan klien jadi dirinya sendiri tanpa terapis berasumsi di awal, dan ini bisa di optimalkan di masa pre-talk.


Yang kedua adalah ada baiknya kita mengenal tentang teori 'Neurosis Layer' atau kondisi mental seseorang yang di ilustrasikan seperti lapisan bawang.


Hal ini bisa dijadikan pijakan terapis mengapa klien akan muter-muter menceritakan hal yang sama dan tidak masuk ke masalah inti, jadi konsep lapisan bawang dari pendekatan Gestalt adalah.


1. The Phony Layer: Lapisan ini adalah lapisan permukaan paling atas, klien bertindak tidak asli, masih menggunakan topeng untuk menutupi dirinya, hal ini terjadi dalam setting publik, ingin terlihat utuh tapi banyak hal yang di pendam, hidupnya seakan-akan tidak bermasalah dan dalam terapi kecenderungannya belum yakin pada terapis.


2. The Phobic Layer, di lapisan kedua ini klien mengarahkan energinya perasaan takut dan tidak tertolong, artinya klien sudah sedikit cerita dan masih khawatir kalau terapis tidak bisa membantu.


3. The Impasse Layer, klien sudah mau cerita terkait masalahnya, sudah menyatakan butuh bantuan orang lain, butuh pertimbangan dan alternatif solusi, dalam setting terapi klien jujur tapi belum dalam.


4. The Implosive Layer, Identitas Phony-nya runtuh, merasa dirinya mati dan terpisah dari sebelumnya, klien merasa sangat butuh bantuan karena hidupnya merasa hampa, tidak bermakna dan dalam situasi tertekan, di lapisan ini klien akan jujur pada terapis tanpa topeng, area logis dan kritiknya off, klien akan menceritakan sejadi-jadinya tentang keadaan dirinya.


5. The Explosive Layer, ini adalah lapisan inti dari bawang, klien akan menceritakan masa lalu atau kejadian sejujur - jujurnya, terbuka, bodo amat orang mau bilang apa, lalu membiarkan diri masa lalu berlalu, menyadari masa lalu menceritakan dan melepaskannya kepada terapis, dan mulai mengerahkan energi pada diri yang baru, dalam setting terapi klien akan menangis sejadi-jadinya, abreaksi, dan menceritakan masalah intinya, di lapisan ini terapis sudah sangat dipercaya.


Dari lima lapisan di atas hypnosis adalah pisau untuk mengupasnya yaitu berupa pertanyaan dan tentu dengan persetujuan mereka, jika klien hanya mengizinkan dikupas di lapisan ketiga, maka sesuaikan intervensi hypnotherapy pada level itu, jangan dipaksa untuk ke lapisan empat atau lima, jika terapis melakukan ini, maka akan membuang energi dan bisa jadi ada penolakan dari klien, sebab area kritis masih aktif dan klien juga belum mau jujur apa adanya.


Hal lainnya adalah dengan mengenali konsep lapisan bawang ini kita bisa bermaklum jika klien tidak mau jujur apa masalah dan situasinya, sesuai dengan penjelasan di paragraf awal bahwa mereka masih punya rahasia, dan terapis tentu tidak bisa memotong lapisan bawang tersebut sendiri.


Selanjutnya adalah dengan mengetahui konsep ini kita bisa melakukan sesuatu penilaian sederhana pada klien, di lapisan mana klien saat datang ke terapis, dan terapis bisa menyimak dari kata-kata klien saat masa pre-talk.


Pisau hypnotherapynya adalah pertanyaan yang terselubung dengan tujuan membangun keakraban lalu disesuaikan dengan kondisi klien bukan pertanyaan kepo, pertanyaan yang menggali sedikit berupa pancingan agar klien mau cerita banyak, pertanyaan pada potensi, harapan dan hasil akhir.


Last but not least, setelah mengetahui hal ini kita dapat menyadari bahwa kekuatan hipnoterapis adalah menyimak, mereka melihat apa yang tidak terlihat, mereka mendengar apa yang tidak terdengar, dan mereka peka terahadap apa yang tidak tersampaikan dari mulut klien, karena terapis akan peka terhadap bahasa non-verbal klien dan hal ini dapat terjadi di masa pre-talk.


Sekian dan Terima kasih


Semoga Bermanfaat 🙏


www.olahpikir.com

www.hipnotisjakarta.com

www.hipnotis.or.id

Kategori: Hipnosis